Antimikroba adalah obat pembasmi khususnya yang pathogen.
Antibiotic
adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba terutama fungi untuk membasmi
mikroba jenis lain. Antimikroba harus
bersifat toksisitas selektif yaitu toksik bagi mikroba dan tidak toksik bagi
hospes. Aktivitas antimikroba
bakteriostatik ( kadar hambat minimal) dan Bakteriorisit ( Kadar Bunuh minimal).
Penggunaan Teraupetik AM di klinik bertujuan untuk
membasmi mikroba penyebab infeksi. Gejala demam
yang merupakan salah satu gejala sistemik penyakit infeksi yang paling
umum, tidak merupakan indicator yang kuat untuk pemberian AM. Pemberian AM
berdasarkan adanya demam tidaklah bijaksana, karena :
1.
Pemberian AM
yang tidak pada tempatnya dapat merugikan pasien (berupa efek samping) dan
masyarakat sekitarnya (berupa masalah resistensi)
2.
Demam dapat
disebabkan oleh penyakit infeksi virus, yang cukup tinggi angka kejadiannya dan
tidak dapat disembuhkan dengan pemberian AM.
3.
Demam juga dapat
terjadi pada penyakit non infeksi, yang dengan sendirinya bukan indikasi
pemberian AM.
Mekanisme kerja antibiotic (antimikroba)
1.
Mengganggu
Metabolisme sel mikroba
Golongan
antibiotic : Sulfonamid, Trimetroprim, Sulfon, dan Asam p-aminosalisilat.
2.
Menghambat
sintesis dinding sel bakteri
Golongan
antibiotic : Penicilin, Basitrasin
3.
Mengganggu
keutuhan membrane
Golongan
antibiotic : Polimiksin, Daptomisin, imidazol
4.
Inhibisi
sintesis protein
Golongan
antibiotic : Aminoglikosit, Makrolit, Tetrasiklin
5.
Inhibisi
sintesis asam nukleat
Golongan antibiotic
:Rifamfisin , kuinolon.
Resistensi
Antibiotik
Resistensi
antibiotik merupakan masalah kesehatan masyarakat utama di seluruh dunia.
Ketika terinfeksi bakteri yang resisten antibiotik, pengobatan untuk menjadi lebih sulit dan harus menggunakan obat yang lebih kuat dan lebih mahal
dengan lebih banyak efek samping. Contoh bakteri yang telah menjadi
resisten terhadap antibiotik termasuk spesies yang menyebabkan infeksi kulit,
meningitis, penyakit menular seksual, tuberkulosis, dan infeksi saluran
pernapasan seperti pneumonia.
Penyebab
umumnya adalah penggunaan yang tidak tepat dan penyalahgunaan antibiotik adalah
penyebab umum resistensi antibiotik, di antaranya:
a.
Penggunaan antibiotik untuk infeksi virus.
Banyak pasien berharap atau meminta dokter untuk meresepkan
antibiotik ketika terkena flu dan pilek. Padahal, antibiotik hanya untuk
mengobati infeksi bakteri, bukan infeksi virus. Antiobiotik hanya diperlukan
bila flu dan pilek sudah ditumpangi infeksi sekunder oleh bakteri. Sebagian
besar flu dan pilek tidak memerlukan antiobiotik.
b.
Putus obat.
Dosis
antibiotik harus dihabiskan secara penuh, bila berhenti meminum antibiotik di
tengah jalan maka beberapa bakteri yang masih hidup akan menjadi resisten
terhadap pengobatan antibiotik di masa
depan.
Pencegahan
Baik dokter maupun pasien
dapat turut berperan untuk mengurangi penyalahgunaan antibiotik. Antibiotik
hanya boleh diresepkan ketika infeksi bakteri telah terjadi. Mengambil
antibiotik untuk infeksi virus bukan hanya membuang-buang waktu dan biaya,
tetapi juga membantu meningkatkan resistensi antibiotik. Selain itu, setiap
pasien harus menyadari bahwa antiobiotik harus tetap diambil sampai dosisnya
habis meskipun gejala-gejala penyakit sudah hilang.
Referensi :
FKUI 2013, Farmakologi dan Terapi edisi 5, Jakarta , FKUI
Komentar
Posting Komentar